Nenek ini Telah Hamil Selama 60 Tahun

Nenek ini  Telah Hamil Selama 60 Tahun
Bagi wanita yang sudah menikah, salah satu kebahagiaan besar dalam hidupnya adalah ketika ia bisa mengandung dan melahirkan buah hatinya. Namun dalam beberapa kondisi, ada sebagian wanita yang tidak bisa menikmati kehamilan dalam waktu lama. Misalnya saja nenek ini, dia menanti buah hati puluhan tahun namun tidak pernah sadar telah mengandung janin selama 60 tahun.

Kisah yang begitu menyedihkan datang dari seorang bernama Estela Melendez yang kini berusia 91 tahun asal La Boca, Chile. Seperti dilansir dari laman mirror.co.uk, nenek yang sudah berusia lanjut ini baru saja menemukan bahwa dirinya sedang mengandung janin. Bagaimana bisa nenek berusia 91 tahun hamil? mungkin kita akan bertanya-tanya tentang hal ini.

Apa yang terjadi pada nenek Estela berawal ketika kondisi fisiknya semakin melemah dari hari ke hari. Hingga pada suatu hari, ia mengalami sakit parah dan membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit. Saat dilakukan pemeriksaan, awalnya dokter mengira bahwa di dalam perut nenek Estela terdapat tumor karena perut tersebut terlihat membesar. Dokter pun menyarankan agar nenek ini melakukan operasi jika benar terdapat tumor di perutnya.

Saat dilakukan rontgen terhadap perut nenek Estela, alangkah terkejut para dokter dan tim medis. Bukan tumor yang ada di dalam perut nenek Estela melainkan sebuah janin atau fetus. Yang lebih mencengangkan, dokter memperkirakan usia janin lebih dari 6 dekade atau 60 tahun. Nenek ini mengungkapkan bahwa memang ada benjolan di perutnya. Tapi, ia sama sekali tak menyangka jika benjolan itu janin. Rupanya selama ini ia hamil dan tak pernah menyadarinya.

Sumber lain yakni cnn.com menyebutkan bahwa dokter yang melakukan pemeriksaan mengatakan jika janin tersebut telah meninggal. Beruntung, janin tersebut terkarsifikasi atau mengapur sehingga tidak mengancam kesehatannya.

Temuan ini tidak hanya membuat nenek Estela terkejut, keluarganya juga sangat terheran-heran. Suami nenek yakni kakek Manuel Gonzalez, disebutkan telah meninggal sejak bulan Januari lalu. Selama ini, pasangan nenek dan kakek ini tidak pernah memiliki buah hati meski mereka sangat menginginkannya.

Atas temuan ini, nenek Estela merasa sangat sedih, kecewa sekaligus menyesal. Ia menyadari bahwa dirinya mengandung janin setelah janin tersebut meninggal dan tersimpan di dalam perutnya selama 60 tahun. Janin tersebut selalu mengingatkan nenek Estela kepada sang suami. Ia teringat akan mimpi dan harapan sang suami tercinta. Mimpi dan harapan yang sejatinya nyaris terwujud. Karena usia nenek Estela yang telah mencapai 91 tahun, tim medis memutuskan tidak melakukan operasi pengangkatan janin.

Itulah sepenggal kisah sedih nenek Estela. Meskipun hasil pemeriksaan ini terlambat, semoga nenek Estela dan mendiang suaminya berbahagia. Meski tak sempat dilahirkan, semoga fakta ini membuat nenek Estela semakin tangguh. Untuk para pembaca, semoga kisah menjadi pelajaran untuk kita semua agar lebih memperhatikan perubahan tubuh sekecil apapun. Jika ada yang ganjil atau terasa tidak normal, segera periksakan ke dokter. Semoga nenek Estela sehat selalu dan terima kasih telah berbagi cerita.

Sumber : vemale.com
indigo libra

Rahasia Di Balik Doa Seorang Ibu

Rahasia Di Balik Doa Seorang Ibu
Bukan tidak mungkin jika sangatlah banyak orang orang sukses di seluruh dunia ini lantaran mempunyai hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya terlebih kepada ibu. Kenapa? Karena ridha Allah ialah ridha orang tua, dan doa ibu itu sungguh tanpa hijab di hadapan Allah mudah menembus langit. Sehingga doa seorang ibu yang ia dipanjatkan untuk anaknya boleh jadi sangat mudah untuk Allah kabulkan.

Mungkin sebagian orang masih tidak sadar bahwa kemungkinan kesuksesan-kesuksesannya selama ini adalah buah dari doa seorang ibu kepada Allah tanpa ia ketahui. Dan seorang ibu itu tanpa disuruh pasti akan selalu mendoakan anaknya di tiap nafasnya kala bermunajat kepada Allah. Tapi seorang anak belum tentu selalu berdoa untuk orang tuanya.

Barangkali juga kita suka mengeluh tentang sifat buruk orang tua, entah karena ibu nya cerewet, suka ikut campur, suka nyuruh-nyuruh, tidak gaul dan lain sebagainya. Jika seperti ini maka tragis. Kenapa tragis? Karena terlalu fokus dengan secuil kekurangan orang tua dan melupakan segudang kebaikan yang telah diberikan kepada kita selama ini.

Di luar sana mungkin ada orang-orang di pinggir jalanan, di bawah kolong jembatan dan di tempat lainnya mereka juga suka mengeluh, tapi yang mereka keluhkan ialah bukan karena sifat orang tua atau ibu mereka, tapi mereka mengeluh karena mereka tidak punya lagi orang tua.

" Bersyukurlah jika masih mempunyai orang tua. Jika ingin tahu rasanya tidak punya ibu, coba tanyakan kepada mereka yang ibu nya telah tiada. Mungkin perasaan mereka sangat sedih dan kekurangan motivasi dalam 
hidup "

Coba bayangkan jika kita tidak punya ibu, ketika kita akan pergi ke luar rumah untuk sekolah atau bekerja, tidak ada lagi tangan yang bias kita cium. Jika tidak punya ibu mungkin tidak ada lagi makanan yang tersedia di meja makan saat kita pulang. Jika kita tidak punya ibu lagi ketika hari lebaran rumah terasa sepi dan lebaran terasa tanpa makna. Jika kita tidak punya ibu barangkali kita hanya bisa membayangkan wajah tulusnya di pikiran kita dan melihat baju-bajunya di lemarinya.

Banyak di antara kita suka mengeluh tentang sifat negatif ibu kita, tapi kita tidak pernah berfikir mungkin hampir setiap malam ibu kita di keheningan sepertiga malam bangun untuk shalat tahajud mendoakan kita sampai bercucuran air mata agar sukses dunia dan akhirat.

Mungkin di suatu malam beliau pernah mendatangi kita saat tidur dan mengucap dengan bisik “nak, maafkan ibu ya… ibu belum bisa menjadi ibu yang baik bagimu” kita mungkin juga lupa di saat kondisi ekonomi rumah tangga kurang baik, ibu rela tidak makan agar jatah makannya bisa dimakan anaknya. Ketika kita masih kecil ibu kira rela tidur dan lantai dan tanpa selimut, agar kita bisa tidur nyaman di kasur dengan selimut yang hangat.

Setelah semua pengorbanan telah diberikan oleh ibu kita selama ini, lalu coba renungkan apa yang kita perbuat selama ini kepada ibu kita? Kapan terakhir kita membuat dosa kepadanya? Kapan terakhir kita membentak-bentaknya? Pantaskah kita membentak ibu kita yang selama Sembilan bulan mengandung dengan penuh penderitaan? Oleh karena itu maka berusahalah untuk berbakti kepada orang tuamu khususnya kepada Ibumu. Karena masa depan kita ada di desah doa-doanya setiap malam. Dan ingat perilaku kita dengan orang tua kita saat ini akan mencerminkan perilaku anak kita kepada diri kita nanti.

" doa ibu itu mampu menembus langit, sangat mustajab di hadapan Allah. maka muliakanlah ibumu "

Sumber Arsip: islampos

Kisah Cinta Tulus Seorang Suami

Kisah Cinta Tulus Seorang SuamiCariberita9 ~ Kisah di bawah ini beredar di berbagai forum, fanpage facebook, dan blog. Entah siapa yang menuliskannya, namun satu hal yang pasti, kita bisa 

memetik pelajaran sangat banyak darinya. Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki:

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya .

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas.
Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat, kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon.
Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.
Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.

Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama.

Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai.

Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu.
Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.

Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah
karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.

Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya.
Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya , tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikanny a atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.


Cemburu Perlukah Dalam Sebuah Hubungan

Cemburu Perlukah Dalam Sebuah Hubungan
Cemburu, biasanya menjadi salah satu bumbu dalam hubungan cinta. Namun, hal ini adalah lumrah. Kalau tidak ada cemburu di antara Anda dan pasangan, hal ini perlu sedikit dicurigai.
Kecemburuan mitosnya bisa menjadi salah satu pemicu keretakan hubungan Anda. Well, kalau kecemburuan itu membabi buta, maka kecemburuan itu memang bisa jadi pedang bermata dua. Meski begitu, cemburu itu tetap diperlukan karena lima alasan ini.

1. Cinta Itu Egois
Cemburulah kalau Anda memang mencintainya. Hal itu akan membuat Anda berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha mendapatkan yang Anda cintai. Kecemburuan adalah salah satu wujud keegoisan cinta.

2. Cinta Itu Harus Memiliki
Bila Anda cinta, maka Anda harus memilikinya. Karena kalau Anda akhirnya tak memilikinya, maka cinta Anda akan beralih menjadi milik orang lain. Kecemburuan menunjukkan bahwa Anda merasa menjadi bagian dalam hidup orang yang Anda cintai.

3. Cemburu Itu Menguatkan Hubungan
Oke, banyak pasangan yang mungkin akan bereaksi, "Hey, kamu cemburu, ya?" dengan wajah senyum dan membuat si pacar yang cemburu mengelak. Namun sebagian besar pasangan yang mengetahui pasangannya cemburu, sebenarnya senang melihat hal tersebut. Artinya, pasangannya benar-benar mencintai dan menginginkannya.

4. Cemburu Itu Menunjukkan Kesungguhan
Di sisi lain, cemburu bisa menunjukkan kesungguhan seseorang dalam mencintai pasangannya. Ini adalah naluri alamiah yang terjadi saat seseorang merasa ada yang lain yang hendak mengambil sesuatu darinya.

5. Cemburu Itu Menunjukkan Kesehatan Hubungan Anda
Hubungan Anda sehat bila mengalami kecemburuan. Hubungan tersebut menjadi janggal bila ia tidak cemburu sekalipun Anda didekati oleh orang lain. Apakah dia benar-benar mencintai Anda?
Cemburu itu ibarat merica. Jangan terlalu banyak, nanti membuat hubungan terlalu panas. Jangan pula tidak ada, karena tak akan seru jadinya. Wajar bila Anda cemburu, selama Anda juga mampu mengendalikan perasaan Anda.

Mengagumi orang yang kita cintai

Mengagumi orang yang kita cintai
Mengagumi dan membanggakan sosok yang dicintai memang sudah menjadil hal wajar. Meskipun si dia adalah pacar Anda, namun belum tentu Anda dianggap sebagai juara di hatinya.

Untuk menjadi 'piala' di hati orang yang kita cintai bukanlah perkara mudah. Butuh pengorbanan dan kasih sayang yang tulus agar Anda menjadi juara di hatinya. Oleh karena itu sudah seharusnya menyayangi dan memberikan perhatian yang lebih kepada orang tersayang.

Jika belum tahu apakah Anda sudah menjadi juara di hatinya atau tidak, kenali beberapa tanda ini bahwa Anda sudah dianggap 'piala' di hatinya.

1. Mengganti foto profil dengan foto Anda

Jika pasangan lebih bangga memasang foto profilnya dengan foto Anda berarti dia sangat bangga bisa memiliki kekasih seperti Anda. Selain itu, pacar ada indikasi bahwa pacar Anda ingin semua orang tahu bahwa Anda adalah pacarnya.

2. Selalu mengajak Anda untuk main bareng temannya

Jika pacar sering mengajak Anda untuk main bareng bersama teman-temannya, bisa jadi Anda adalah sosok yang paling dibanggakan di hatinya. Karena tidak mungkin jika Anda belum jadi juara di hatinya, si dia akan mengajak Anda untuk bermain bersama teman-temannya.

3. Penuh perhatian

Pacar yang memberikan perhatiannya kepada Anda secara berlebihan berarti dia sangat menyayangimu. Jika Anda sudah menjadi 'piala' di hatinya, maka dia akan selalu memberikan yang terbaik buat Anda. Dia akan selalu mendorong Anda untuk melakukan yang terbaik, baik itu dari pakaian, prilaku, makanan atau hal lainnya.

4. Selalu menolong

Pasangan yang sudah menganggap Anda sebagai 'piala' di hatinya akan selalu menolong jika Anda mengalami kesulitan. Dia akan berusaha sekeras mungkin untuk bisa menolong Anda.


Rahasia Menjalin hubungan dengan wanita pemalu

Rahasia Menjalin hubungan dengan wanita pemalu
rona.metrotvnews.com
Menjalin hubungan dengan wanita pemalu mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah pria. Namun itu bukan berarti Anda harus menghindari wanita pemalu dan sama sekali tidak ingin berhubungan dengan mereka.

Ada beberapa hal tentang wanita pemalu yang mungkin tidak Anda ketahui. Tentu saja, itu bukanlah sesuatu yang buruk bagi Anda, bahkan memberikan keuntungan tersendiri jika Anda berhubungan dengan mereka.

Inilah 5 hal yang perlu Anda ketahui tentang wanita pemalu.


1. Dia percaya diri

Wanita yang memiliki sifat pemalu bukan berarti mereka tidak percaya diri. Meskipun mereka pemalu, mereka yakin dengan diri mereka sendiri dan tahu apa yang mereka inginkan sekalipun mereka tidak menunjukkan itu di depan Anda. Jadi jangan langsung mengambil kesimpulan bahwa wanita pemalu tidak percaya diri. Dia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk memancarkan pesonanya.

2. Dia mandiri

Anda perlu tahu bahwa wanita pemalu ingin selalu bebas dan mereka mandiri. Mereka sangat puas dengan diri mereka sendiri, dia tahu apa yang dia inginkan dalam hidup dan akan menghabisakan waktu untuk mewujudkannya. Tentu saja, dia tak akan membuang-buang waktu dalam hubungan dengan seseorang yang tidak mandiri seperti mereka.

3. Terkadang, dia perlu sendirian

Biasanya, mereka butuh waktu untuk sendirian, baik untuk membaca buku maupun mendengarkan musik favoritnya. Apa pun itu, mereka butuh waktu untuk menenangkan jiwanya. Jadi jika Anda berkencan dengan mereka, jangan tanyakan hal itu.

4. Dia tidak suka membuka diri

Wanita pemalu sangat sulit menceritakan hal-hal pribadinya. Ini adalah tantangan bagi mereka untuk membuka diri terhadap orang lain. Jadi jika dia bercerita tentang keluarganya, tujuan dalam hidup, atau apa pun yang sangat penting dalam hidupnya, itu karena dia percaya Anda.

5. Dia pendengar yang baik

Anda perlu tahu bahwa dibalik sifat pemalunya, mereka adalah pendengar terbaik bagi Anda. Mereka benar-benar mendengarkan Anda. Dia mungkin akan memberikan dan menambahkan masukannya, tapi dia akan selalu membiarkan Anda menyelesaikan apa yang Anda katakan

Tubuh Tetap Prima Dengan Menyantap Vitamin C

Tubuh Tetap Prima Dengan  Menyantap Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu nutrisi yang sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh. Jika kamu kekurangan vitamin C, badan bisa lemas dan daya tahan menurun sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan. Setiap hari kamu wajib menyantap vitamin C untuk membuat badan selalu prima, terutama saat puasa.

berikut ada buah-buahan yang nikmat disantap ketika buka ataupun sahur untuk mencukupi kebutuhan vitamin C harian. Yuk simak!

1. Jeruk
Berbicara soal vitamin C pasti yang pertama kali terlintas dalam pikiran kamu adalah jeruk. Buah ini memang penuh sesak dengan vitamin C dalam setiap bulirnya. Rasanya yang khas enak sekali disantap sehabis buka puasa sambil menunggu waktu ibadah selanjutnya.

2. Cery  
Meskipun mungil, buah ini menyimpan segudang vitamin C lho. Mengonsumsinya secara teratur akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan membuat badan berenergi selama puasa. Ketika sahur, minumlah segelas smoothies ceri dengan sayuran hijau lainnya agar kebutuhan nutrisi tercukupi dan kamu bisa menjalani bulan Ramadhan dengan semangat.

3. Berries
Semua buah berry adalah sumber vitamin C yang sangat baik. Tak hanya itu saja, buah-buahan mungil ini juga rendah gula dan kaya antioksidan. Bagus sekali untuk membuat badan selalu bugar di bulan Ramadhan. Saat sahur atau berbuka, sisipkan beberapa berries dalam menu supaya kamu bisa menikmati manfaat sehatnya.
Sumber arsip :www.molto.co.id

Peran Berkomunikasi Dalam Sebuah Pernikahan

Peran Berkomunikasi Dalam Sebuah Pernikahan
Pernikahan perlu usaha yang berkepanjangan. Salah satunya adalah berbicara dengan bahasa cinta. Walau terkesan remeh, bahasa inilah yang menyatukan komunikasi antara suami dan istri. Bayangkan jika Ladies berbicara dengan bahasa A sedangkan suami berbicara dengan bahasa lainnya. Pastinya akan sering terjadi salah paham dan pertengkaran.

Asah bahasa cinta dalam kehidupan berumah tangga agar dapat terus berjalan langgeng dan  mesra.

----0 Ungkapan-Ungkapan Kecil

Tidak perlu kata-kata puitis romantis untuk mengungkapkan rasa sayang pada pasangan. Cukup gunakan beberapa kata ajaib seperti “maaf”, “terima kasih”, dan “tolong”. Seringkali hal ini terlupakan, terutama oleh pasangan yang sudah menjalani beberapa tahun masa pernikahan.

----0 Saling Melayani

Bahasa cinta juga bisa diwujudkan dalam bentuk tindakan. Bukankah terasa menyenangkan jika pasangan bersedia membantu di sekitar rumah, misalnya bergantian mencuci piring atau ikut menjaga kebersihan rumah. Selain meringankan beban pekerjaan rumah tangga, cara ini tepat untuk orang-orang yang kesulitan mengungkapkan perasaan cintanya.

----0 Hadiah

Siapa sih yang tidak suka menerima hadiah? Sesekali memberikan barang-barang favorit, seperti baju, parfum, atau sekedar makanan kesukaannya dapat menjadi tanda bahasa cinta dalam hidup berumah tangga. Tidak perlu menunggu momen spesial, tapi berikan sebagai kejutan yang tidak disangka-sangka oleh pasanganmu.

----0 Sentuhan Fisik

Mulailah dari yang sederhana sebagai bahasa cintamu berdua, misalnya saling bergandengan tangan, memberikan pelukan hangat sebelum meninggalkan rumah, atau sekadar kecupan ringan saat bangun pagi. Ada penelitian lho yang membuktikan 20 detik pelukan akan menghangatkan kembali hubunganmu bersama pasangan.

Apapun bahasa cintamu, cari tahu bersama pasangan manakah yang cocok untuk diaplikasikan dalam kehidupan berumah tangga. Selamat mencoba ya!

Sumber arsip :www.molto.co.id